Friday, March 21, 2014

Tugas Minggu 1 Mat. & Ilmu Alamiah Dasar "Cerita Rakyat"



PUTRI ULAR

Seorang raja yang dahulu kala memerintah dalam suatu negeri di kawasan Simalungun, mempunyai seorang putri. Kecantikan putri raja tersebut luar biasa sehingga terkenal dimana-mana. Oleh karena itu, timbullah hasrat seorang raja yang masih muda untuk menjadikan putri yang sangat cantik itu sebagai permaisurinya. Raja yang masih muda itu memerintah suatu negeri yang bertetangga dengan negeri yang diperintah oleh ayah sang putri.
            Sesuai dengan adat yang berlaku pada masa itu, raja yang masih muda tersebut mengirim utusan untuk meminang sang putri. Setelah segala sesuatu keperluan dipersiapkan, berangkatlah utusan tersebut menuju negeri tempat tinggal sang putri. Setibanya di negeri itu, rombongan utusan tersebut langsung menghadap ayah sang putri di istana. Mereka diterima dengan ramah taman oleh ayah sang putri. Kemudian ayah sang putri menanyakan apa maksud kedatangan mereka. Salah seorang dari utusan tersebut mengemukakan bahwa mereka bermaksud  meminang sang putri untuk dijadikan permaisuri raja mereka. Pinangan mereka diterima dengan senang hati oleh ayah sang putri. Kemudian utusan tersebut menjanjikan bahwa perkawinan sang putri dengan raja mereka akan dilangsungkan dua bulan kemudian. Upacara perkawinan tersebut akan diselenggarakan secara besar-besaran di istana raja yang masih muda itu. Mereka menjanjikan pula, kalau sudah tiba waktunya,utusan akan dikirim untuk menjemput sang putri. Setelah selesai berunding dengan ayah sang putri, rombongan utusan tersebut kembali ke negeri mereka.
            Raja yang masih muda itu gembira sekali setelah mengetahui bahwa pinangannya diterima dengan baik. Kemudian raja itu memerintahkan agar segera dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk upacara perkawinannya nanti.
            Sang putri juga merasa bersuka cita setelah kedua orang tuanya memberi tahu bahwa dia dikawinkan dengan seorang raja yang masih muda. Dan kedua orang tuanya menganjurkan agar sang putri menjaga dirinya baik-baik supaya tidak terjadi sesuatu yang akan menghalangi perkawinannya. Karena jika perkawinannya terhalang, kedua orang tuanya akan malu sekali.
            Beberapa hari menjelang saat perkawinannya, seperti biasa sang putri pergi mandi dengan ditemani oleh dayang-dayangnya. Tempat pemandian sang putri adalah sebuah mata air yang  jernih sekali, dan dilindungi sebatang kayu besar yang rimbun daunnya. Di sekeliling mata air itu, dibangun kolam pemandian khusus bagi sang putri. Di pinggir kolam itu terletak sebuah batu  besar tempat duduk sang putri sambil menikmati kesejukan air dikolam pemandian itu.
            Selesai berlangir, sang putri berendam sebentar didalam air yang menyejukkan sekujur tubuhnya. Setelah itu sang putri duduk diatas batu besar ditepi kolam pemandian, sambil menjuntaikan kakinya kedalam air. Pada saat itu sang putri membayangkan betapa bahagia kedua orang tuanya nanti apabila ia sudah bersanding dengan suaminya diatas pelaminan karena sudah lama kedua orang tuanya mengharapkan dia mendapat jodoh seorang raja. Sang putri merasa bersuka cita sekali sebab tak lama lagi harapan orang tuanya itu akan dapat dipenuhinya.
            Ketika sang putri duduk diatas batu besar itu, tiba-tiba angin bertiup kencang sekali. Karena tiupan angin yang sangat kencang itu, sepotong ranggas pohon kayu besar yang melindungi tempat pemandian tersebut tiba-tiba patah dan jatuh menimpa sang putri. Ujungnya yang tajam tepat mengenai ujung hidung sang putri sehingga terluka agak dalam. Sang putri menjerit kesakitan. Melihat hidung sang putri terluka, dayang-dayang yang segera mendekatinya untuk memberi pertolongan. Sambil memegang hidungnya yang mengucur darah, sang putri meminta dayang-dayang memberi cermin kepadanya.
            Setelah menerima cermin, sang putri buru-buru melihat wajahnya dalam cermin itu. Ia sangat terperanjat dan menjerit karena dia lihat ujung hidungnya yang mancung sompel akibat ditimpa oleh ranggas yang ujungnya tajam itu. Dengan sompelnya ujung hidung sang putri, wajahnya yang cantik kelihatan menjadi buruk.
            Dengan perasaan yang amat sedih, untuk beberapa saat sang putri memperhatikan wajahnya yang sudah cacat itu dalam cermin. Air mata sang putri bercucuran karena dia merasa bahwa dengan wajahnya yang cacat itu, dia tak mungkin lagi melakukan perkawinan dengan raja yang sudah meminangnya. Sang putri yakin benar bahwa cacat pada wajahnya itu pasti akan menggagalkan perkawinannya. Dan kegagalan perkawinannya dengan raja tersebut, pasti pula akan mengecewakan dan membuat kedua orang tuanya malu besar pada masyarakat,. Semua hal itu sangat menekan perasaan sang putri karena dia tidak ingin mengecewakan dan memberi malu kedua orang tuanya yang sangat dia hormati.
            Karena sang putri tidak mendapatkan jalan keluar untuk mengatasi persoalan tersebut, dia merasa putus asa dan berduka cita sekali. Dalam keadaan putus asa itu, sang putri tiba-tiba menadahkan kedua tangannya dan berdoa dengan khusyuk dalam hati. Dengan bercucuran air mata, sang putri memohon kepada Yang MahaKuasa agar menjatuhkan hukuman atas dirinya yang karena dia pasti akan mengecewakan dan membuat malu kedua orang tuannya.
            Beberapa saat setelah selesai berdoa, tiba-tiba saja bagian bawah dari tubuh sang putri berangsur-angsur berubah menjadi ular. Lama-kelamaan perubahan itu menjalar kebagian atas sehingga hampir setengah dari tubuh sang putri sudah menjelma menjadi ular. Melihat keadaan yang menakutkan itu, sang putri buru-buru menyuruh dayang-dayangnya memberitahukan keadaan yang sedang dialaminya itu kepada kedua orang tuanya di istana.
            Ketika dayang-dayang memberitahukan bahwa sang putri menjelma jadi ular, kedua orang tuanya sangat terpenjarat. Kemudian mereka segera berangkat menuju tempat pemandian sang putri. Setibanya mereka di tempat itu, sang putri tak kelihatan lagi. Yang tampak oleh mereka hanyalah seekor ular yang sedang bergelung di atas batu besar yang terletak ditepi kolam pemandian. Rupa-rupanya sang putri yang tadi duduk diatas batu besar itu sudah menjelma menjadi seekor ular besar. Sisiknya berwarna-warni dan berkilau sehingga keliahatan amat cantik.
            Dengan pandangan sayu dan kepala yang digerak-gerakkan, ular itu menatap kedua orang tua sang putri. Ular penjelmaan sang putri itu seakan-akan sedang mengatakan sesuatu dengan perasaan sedih. Dan tak lama kemudian, ular besar itu menjalar meninggalkan batu tempatnya bergelung tadi. Dalam sekejap saja ular itu sudah menghilang ke dalam belukar. Kedua orang tua sang putrid an semua dayang-dayang serta pengiring mereka tak dapat menahan air mata. Mereka semua menangis tersedu-sedu. Tak satupun yang dapat mereka lakukan untuk menolong sang putri. Kejadian yang menimpa diri sang putri adalah hukuman yang diberikan atas permintaannya sendiri karena merasa sangat mengecewakan dan membuat malu kedua orang tuannya.

Kesimpulan :
Cerita ini merupakan salah satu dari legenda masyarakat Simalungun di Sumatra Utara. Banyak orang Simalungun percaya bahwa cerita ini benar-benar terjadi pada masa dahulu kala. Itulah salah satu sebabnya sehingga cerita ini digolongkan sebagai legenda.
Pada satu sisi, cerita ini menggambarkan kepatuhan, rasa cinta, dan penghargaan yang sangat tinggi dari seorang putri raja terhadap kedua oranng tuannya. Semua itu membuat putri raja tersebut tidak tega membiarkan kedua orang tuanya mendapatkan malu karena dirinya. Sikap yang demikian itu tentu perlu kita teladani dan kita kembangkan dalam diri kita masing-masing.
Pada sisi lain, cerita ini mengambarkan sikap sang putri yang terlalu mudah mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang. Oleh karena itu, dia menerima akibat yang sangat merugikan dirinya. Sebaiknya, sikap demikian itu jangan kita tiru.
            

Sumber :
Lubis, Pengaduan, Z. 1992 "Cerita Rakyat Dari Sumatra Utara". Jakarta : PT Grasindo.

 

           

No comments:

Post a Comment

Welcome

Friday, March 21, 2014

Tugas Minggu 1 Mat. & Ilmu Alamiah Dasar "Cerita Rakyat"

Posted by Unknown at 7:31 AM


PUTRI ULAR

Seorang raja yang dahulu kala memerintah dalam suatu negeri di kawasan Simalungun, mempunyai seorang putri. Kecantikan putri raja tersebut luar biasa sehingga terkenal dimana-mana. Oleh karena itu, timbullah hasrat seorang raja yang masih muda untuk menjadikan putri yang sangat cantik itu sebagai permaisurinya. Raja yang masih muda itu memerintah suatu negeri yang bertetangga dengan negeri yang diperintah oleh ayah sang putri.
            Sesuai dengan adat yang berlaku pada masa itu, raja yang masih muda tersebut mengirim utusan untuk meminang sang putri. Setelah segala sesuatu keperluan dipersiapkan, berangkatlah utusan tersebut menuju negeri tempat tinggal sang putri. Setibanya di negeri itu, rombongan utusan tersebut langsung menghadap ayah sang putri di istana. Mereka diterima dengan ramah taman oleh ayah sang putri. Kemudian ayah sang putri menanyakan apa maksud kedatangan mereka. Salah seorang dari utusan tersebut mengemukakan bahwa mereka bermaksud  meminang sang putri untuk dijadikan permaisuri raja mereka. Pinangan mereka diterima dengan senang hati oleh ayah sang putri. Kemudian utusan tersebut menjanjikan bahwa perkawinan sang putri dengan raja mereka akan dilangsungkan dua bulan kemudian. Upacara perkawinan tersebut akan diselenggarakan secara besar-besaran di istana raja yang masih muda itu. Mereka menjanjikan pula, kalau sudah tiba waktunya,utusan akan dikirim untuk menjemput sang putri. Setelah selesai berunding dengan ayah sang putri, rombongan utusan tersebut kembali ke negeri mereka.
            Raja yang masih muda itu gembira sekali setelah mengetahui bahwa pinangannya diterima dengan baik. Kemudian raja itu memerintahkan agar segera dipersiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk upacara perkawinannya nanti.
            Sang putri juga merasa bersuka cita setelah kedua orang tuanya memberi tahu bahwa dia dikawinkan dengan seorang raja yang masih muda. Dan kedua orang tuanya menganjurkan agar sang putri menjaga dirinya baik-baik supaya tidak terjadi sesuatu yang akan menghalangi perkawinannya. Karena jika perkawinannya terhalang, kedua orang tuanya akan malu sekali.
            Beberapa hari menjelang saat perkawinannya, seperti biasa sang putri pergi mandi dengan ditemani oleh dayang-dayangnya. Tempat pemandian sang putri adalah sebuah mata air yang  jernih sekali, dan dilindungi sebatang kayu besar yang rimbun daunnya. Di sekeliling mata air itu, dibangun kolam pemandian khusus bagi sang putri. Di pinggir kolam itu terletak sebuah batu  besar tempat duduk sang putri sambil menikmati kesejukan air dikolam pemandian itu.
            Selesai berlangir, sang putri berendam sebentar didalam air yang menyejukkan sekujur tubuhnya. Setelah itu sang putri duduk diatas batu besar ditepi kolam pemandian, sambil menjuntaikan kakinya kedalam air. Pada saat itu sang putri membayangkan betapa bahagia kedua orang tuanya nanti apabila ia sudah bersanding dengan suaminya diatas pelaminan karena sudah lama kedua orang tuanya mengharapkan dia mendapat jodoh seorang raja. Sang putri merasa bersuka cita sekali sebab tak lama lagi harapan orang tuanya itu akan dapat dipenuhinya.
            Ketika sang putri duduk diatas batu besar itu, tiba-tiba angin bertiup kencang sekali. Karena tiupan angin yang sangat kencang itu, sepotong ranggas pohon kayu besar yang melindungi tempat pemandian tersebut tiba-tiba patah dan jatuh menimpa sang putri. Ujungnya yang tajam tepat mengenai ujung hidung sang putri sehingga terluka agak dalam. Sang putri menjerit kesakitan. Melihat hidung sang putri terluka, dayang-dayang yang segera mendekatinya untuk memberi pertolongan. Sambil memegang hidungnya yang mengucur darah, sang putri meminta dayang-dayang memberi cermin kepadanya.
            Setelah menerima cermin, sang putri buru-buru melihat wajahnya dalam cermin itu. Ia sangat terperanjat dan menjerit karena dia lihat ujung hidungnya yang mancung sompel akibat ditimpa oleh ranggas yang ujungnya tajam itu. Dengan sompelnya ujung hidung sang putri, wajahnya yang cantik kelihatan menjadi buruk.
            Dengan perasaan yang amat sedih, untuk beberapa saat sang putri memperhatikan wajahnya yang sudah cacat itu dalam cermin. Air mata sang putri bercucuran karena dia merasa bahwa dengan wajahnya yang cacat itu, dia tak mungkin lagi melakukan perkawinan dengan raja yang sudah meminangnya. Sang putri yakin benar bahwa cacat pada wajahnya itu pasti akan menggagalkan perkawinannya. Dan kegagalan perkawinannya dengan raja tersebut, pasti pula akan mengecewakan dan membuat kedua orang tuanya malu besar pada masyarakat,. Semua hal itu sangat menekan perasaan sang putri karena dia tidak ingin mengecewakan dan memberi malu kedua orang tuanya yang sangat dia hormati.
            Karena sang putri tidak mendapatkan jalan keluar untuk mengatasi persoalan tersebut, dia merasa putus asa dan berduka cita sekali. Dalam keadaan putus asa itu, sang putri tiba-tiba menadahkan kedua tangannya dan berdoa dengan khusyuk dalam hati. Dengan bercucuran air mata, sang putri memohon kepada Yang MahaKuasa agar menjatuhkan hukuman atas dirinya yang karena dia pasti akan mengecewakan dan membuat malu kedua orang tuannya.
            Beberapa saat setelah selesai berdoa, tiba-tiba saja bagian bawah dari tubuh sang putri berangsur-angsur berubah menjadi ular. Lama-kelamaan perubahan itu menjalar kebagian atas sehingga hampir setengah dari tubuh sang putri sudah menjelma menjadi ular. Melihat keadaan yang menakutkan itu, sang putri buru-buru menyuruh dayang-dayangnya memberitahukan keadaan yang sedang dialaminya itu kepada kedua orang tuanya di istana.
            Ketika dayang-dayang memberitahukan bahwa sang putri menjelma jadi ular, kedua orang tuanya sangat terpenjarat. Kemudian mereka segera berangkat menuju tempat pemandian sang putri. Setibanya mereka di tempat itu, sang putri tak kelihatan lagi. Yang tampak oleh mereka hanyalah seekor ular yang sedang bergelung di atas batu besar yang terletak ditepi kolam pemandian. Rupa-rupanya sang putri yang tadi duduk diatas batu besar itu sudah menjelma menjadi seekor ular besar. Sisiknya berwarna-warni dan berkilau sehingga keliahatan amat cantik.
            Dengan pandangan sayu dan kepala yang digerak-gerakkan, ular itu menatap kedua orang tua sang putri. Ular penjelmaan sang putri itu seakan-akan sedang mengatakan sesuatu dengan perasaan sedih. Dan tak lama kemudian, ular besar itu menjalar meninggalkan batu tempatnya bergelung tadi. Dalam sekejap saja ular itu sudah menghilang ke dalam belukar. Kedua orang tua sang putrid an semua dayang-dayang serta pengiring mereka tak dapat menahan air mata. Mereka semua menangis tersedu-sedu. Tak satupun yang dapat mereka lakukan untuk menolong sang putri. Kejadian yang menimpa diri sang putri adalah hukuman yang diberikan atas permintaannya sendiri karena merasa sangat mengecewakan dan membuat malu kedua orang tuannya.

Kesimpulan :
Cerita ini merupakan salah satu dari legenda masyarakat Simalungun di Sumatra Utara. Banyak orang Simalungun percaya bahwa cerita ini benar-benar terjadi pada masa dahulu kala. Itulah salah satu sebabnya sehingga cerita ini digolongkan sebagai legenda.
Pada satu sisi, cerita ini menggambarkan kepatuhan, rasa cinta, dan penghargaan yang sangat tinggi dari seorang putri raja terhadap kedua oranng tuannya. Semua itu membuat putri raja tersebut tidak tega membiarkan kedua orang tuanya mendapatkan malu karena dirinya. Sikap yang demikian itu tentu perlu kita teladani dan kita kembangkan dalam diri kita masing-masing.
Pada sisi lain, cerita ini mengambarkan sikap sang putri yang terlalu mudah mengambil keputusan tanpa pertimbangan matang. Oleh karena itu, dia menerima akibat yang sangat merugikan dirinya. Sebaiknya, sikap demikian itu jangan kita tiru.
            

Sumber :
Lubis, Pengaduan, Z. 1992 "Cerita Rakyat Dari Sumatra Utara". Jakarta : PT Grasindo.

 

           

0 comments on "Tugas Minggu 1 Mat. & Ilmu Alamiah Dasar "Cerita Rakyat""

Post a Comment