Nama : Nurhana
Kelas : 2PA16
Npm : 16513669
Tugas Ke 3 Kesehatan Mental
1.
Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah dimana ketika kita berkomunikasi, kita
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
bukan sekedar menyampaikan isi pesan, tetapi juga menentukan kadar hubungan
interpersonalnya. Jadi ketika kita berkomunikasi kita tidak hanya menentukan content
melainkan juga menentukan relationship.
Dari segi psikologi komunikasi, kita dapat menyatakan bahwa makin baik
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
hubungan interpersonal, makin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya; makin
cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi dirinya; sehingga makin efektif
komunikasi yang berlangsung diantara komunikan.
A. Model Hubungan Interpersonal
1.
Model
pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan
interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi
karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan
tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat
negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
2.
Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung
sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat
masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai
ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands),
memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan.
Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan
posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang
harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan
adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
3.
Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional.
Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam
bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3
bagian yaitu :
a) Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan
perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b) Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi
secara rasional).
c) Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan
pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas,
kreativitas dan kesenangan).
4.
Model
Interaksional (interacsional model).
Model
ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem
memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini
menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.
B.
Memulai Hubungan
Saat memulai hubungan ada 2 tahap yang harus dijalankan, yaitu :
a. Pembentukan
Tahap ini sering disebut juga
dengan tahap perkenalan.
b. Peneguhan hubungan
Hubungan interpersonal tidaklah
bersifat statis, tetapi selalu berubah.
C.
Hubungan Peran
a.
Model Peran
Menganggap hubungan interpersonal
sebagai panggung sandiwara.
b. Konflik
Konflik Interpersonal adalah
pertentangan antar seseorang dengan orang lain karena pertentengan kepentingan
atau keinginan.
c. Adequacy Peran dan Autentisitas
Dalam Hubungan Peran
Kecukupan perilaku yang
diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik
secara formal maupun secara informal.
d. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Sebagai konsekuensi adanya daya
tarik menyebabkan interaksi sosial antar individu menjadi spesifik atau
terjalin hubungan intim pada :
1) Persaudaraan
Hubungan intik ini didasarkan
pada hubungan darah.
2) Persahabatan
Persahabatan biasanya terjadi
pada dua individu yang didasarkan pada banyak persamaan.
3) Percintaan
Persahabatan antar pria dan wanita bisa berubah mejadi cinta, jika dua individu
itu merasa sebagai pasangan yang potensial seksual.
D. Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a.
Menurut Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat
yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b.
Menurut Sullivan (Prager, 1995)
mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk
mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c.
Menurut Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah
ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama
lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih
bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
E. Intimasi dan Pertumbuhan
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love
dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu
hubungan atau mungkin hanya salah satu di antaranya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut
tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap
pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang
terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk
membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
2.
Cinta dan Perkawinan
Cinta adalah sebuah emosi dari kasih
sayang yang kuat dan ketertarika pribadi. Cinta itu mendatangkan segala jenis
emosi, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan. Cinta memiliki tiga
dimensi, yaitu hasrat (passion),
keintiman (intimacy),
dan Komitmen (commitmen).
Cinta dapat menyebabkan seseorang melakukan apapun untuk mempertahankannya.
Perkawinan
merupakan ikatan sosial atau perjanjian hukun antara pribadi yang membentuk
hubungan kekerabatan. Merupakan suatu pranata dalam budaya setempat yang meresmikan
hubungan antara pribadi yang biasanya intim dan seksual.perkawinan biasanya
bertujuan untuk membuat keluarga baru.
A.
Memilih Pasangan
Memilih pasangan
hidup bukanlah perkara mudah. Pasalnya, banyak orang yang merasa tidak sreg
ketika mereka ditawari untuk memilih suami atau memilih istri, tak seperti
memilih pacar yang bisa dengan mudah dilakukan. Menurut mereka, pasangan hidup
adalah orang yang diajak untuk susah senang bersama, yang diharapkan hanya akan
ada yang pertama dan yang terakhir. Itu sebabnya memilih pasangan hidup jauh lebih susah
dibandingkan dengan memilih pekerjaan atau tempat sekolah.
B.
Hubungan Dalam Perkawinan
Menurut Dawn J. Lipthrott,
LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and
coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan
perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa
diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang
tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang
pasti. Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain,
memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan
pasangan dapat saling merasakannya.
a. Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora
cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan.
b. Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri
kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan,
berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya.
c. Knowledge and
Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang
sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri
pasangannya.
d. Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah
laku yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk
menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda.
e. Real Love. “Anda berdua akan
kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan
kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn. Psikoterapis ini menjelaskan
pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk
saling memberikan perhatian satu sama lain.
C.
Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Sebuah perkawinan pastilah memerlukan
sebuah penyesuaian untuk kedua pasangan. Penyesuaian akan menjadi sebuah bentuk
relasi yang saling menguatkan. Relasi tersebut seperti hunbungan hangan dan
erat, saling percaya, dan kenyamanan. Setiap pernikahan selalu ada yang namanya
konflik. Tapi kedua pasangan harus menyelesaikannya sendiri konflik itu dengan
pemikiran dewasa.
D.
Perceraian dan Perkawinan Kembali
Konflik
yang berlarut-larut dan tidak dapat diselesaikan menyebabkan kedua pasangan
mengambil keputusan untuk bercerai. Karena mereka menganggap sedah tidak ada
lagi kepercayaan dan banyaknya keegoisan diantara mereka. Perceraian merupakan
sebuah keputusan antara kedua pasangan untuk berpisah.
Seringkali
pasangan yang sudah bercerai menginginkan pernikahannya kembali. Mengapa
demikian? Ada banyak faktor yang menyebabkannya, bisa dari kebutuhan individu
membutuhkan pasangan hidup, ekonomi, dan pendidikan. Sukses dalam sebuah
pernikahan baru, jika individu dapat menyadari kesalahan apa yang terjadi dari
pernikahan sebelumnya dan jangan biarkan kegagalan masa lalu mengecilkan hati.
E.
Alternatif Selain Perkawinan
Paradigma terhadap
lajang cenderung memojokkan. pertanyaannya kapan menikah?? Ganteng-ganteng kok
ga menikah? Apakah Melajang Sebuah Pilihan?
Ada banyak alasan
untuk tetap melajang. Perkembangan jaman, perubahan gaya hidup, kesibukan
pekerjaan yang menyita waktu, belum bertemu dengan pujaan hati yang cocok,
biaya hidup yang tinggi, perceraian yang kian marak, dan berbagai alasan
lainnya membuat seorang memilih untuk tetap hidup melajang. Batasan usia untuk
menikah kini semakin bergeser, apalagi tingkat pendidikan dan kesibukan meniti
karir juga ikut berperan dalam memperpanjang batasan usia seorang untuk
menikah. Keputusan untuk melajang bukan lagi terpaksa, tetapi merupakan sebuah
pilihan. Itulah sebabnya, banyak pria dan perempuan yang memilih untuk tetap
hidup melajang.
Sumber :
No comments:
Post a Comment