Monday, June 22, 2015

Nama : Nurhana
Kelas : 2 PA 16
Npm : 16513669
Tugas ke 4 KESEHATAN MENTAL

Pekerjaan dan waktu luang & Self Directed Changes

A.    Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
Ketika nilai-nilai dan kemampuan yang cocok dengan Pola Kemampuan Kerja dan Pola penguat Kerja, konselor memiliki tiga alat yang tersedia: Pentingnya Minnesota Kuesioner bentuk laporan, manual GATB (Departemen Tenaga Kerja Amerika, 1979), danMinnesota Occupational Reinforcer Patterns (MOSC). Semua dapat membantu dalam mengidentifikasi pekerjaan. Yang berguna bagi klien untuk mengeksplorasi lebih lanjut. Selain itu, konsep yang relatif baru namun bermanfaat adalah bahwa gaya penyesuaian. Konsep ini menyangkut tingkat kesesuaian antara orang dan lingkungan. Empat kualitas ini cocok menggambarkan: fleksibilitas, keaktifan, reactiveness, dan ketekunan. Semua alat ini dapat membantu klien dan konselor menggunakan kekayaan informasi dan mempersempit jumlah alternatif kerja sehingga klien dapat memiliki sejumlah pilihan. Ketika klien mengambil Minnesota Importance Questionnaire, mereka menerima nilai pada enam nilai-nilai dan kebutuhan dijelaskan sebelumnya 20 pada 90 sebuah pekerjaan.
·         Menjelaskan tentang kepuasan kerja perubahan dalam persediaan dan permintaan dan pergantian pekerjaan.
·         Dalam hal dunia kerja pentingnya diri sendiri untuk menyesuaikan dengan pekerjaan tersebut, penyesuain diri pekerjaan ini sangat penting untuk memahami kepuasan kerja, penyesuain dalam persediaan dan permintaan dan pergantian pekerjaan. Hal ini sangat wajar dalam di dunia pekerjaan.
·         Pengertian Kepuasaan Kerja menurut Wexley dan Yukl: mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.

B.     Waktu Luang
Tidak ada yang suka bekerja sepanjang waktu. Sebagian besar dari kita menginginkan pergi ke sendiri dan dengan keluarga kita. Istilah tradisional yang digunakan untuk waktu tidak bekerja seperti itu liburan, secara harfiah berarti “waktu off bekerja atau tugas.” Kebanyakan dari kita berpikir bahwa kita memiliki waktu luang lebih baik. Namun peningkatan waktu luang sekarang menimbulkan masalah bagi banyak orang.
Saat ini, banyak yang menggabungkan kekuatan untuk membawa kita lebih banyak waktu luang. Di satu sisi, meningkatnya penggunaan komputer dan bentuk lain otomatis lebih banyak dilakukan dengan pekerja lebih sedikit dan sedikit waktu. Pada saat yang sama, memasuki pasar tenaga kerja untuk yang lebih muda, perempuan dewasa dan ancaman minoritas mempertahankan tingkat pengangguran yang tinggi atau mengubah distribusi pekerja. Rata-rata pekerja sekarang memiliki liburan dibayar dan hari libur, dan janji jangka waktu yang lebih mendukung pensiun penghasilan. Sementara inflasi, pajak yang lebih tinggi dan peningkatan biaya pendidikan (dan hampir segala sesuatu yang lain) mengancam offset manfaat ini, tren jangka panjang terhadap waktu bebas lebih banyak.


Self – Directed Changes
A. Konsep dan Penerapan Self-directed changes: Mahasiswa mengetahui dan termotivasi untuk melakukan perubahan pribadi dengan melalui tahapan:
     1.     Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
     2.     Menetapkan tujuan
Dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
     3.     Pencatatan perilaku
Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan
     4.      Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
     5.     Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
     6.     Menerapkan perencana intervensi
Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
     7.     Evaluasi
Faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber :


No comments:

Post a Comment

Welcome

Monday, June 22, 2015

Posted by Unknown at 2:27 AM
Nama : Nurhana
Kelas : 2 PA 16
Npm : 16513669
Tugas ke 4 KESEHATAN MENTAL

Pekerjaan dan waktu luang & Self Directed Changes

A.    Penyesuaian Diri dalam Pekerjaan
Ketika nilai-nilai dan kemampuan yang cocok dengan Pola Kemampuan Kerja dan Pola penguat Kerja, konselor memiliki tiga alat yang tersedia: Pentingnya Minnesota Kuesioner bentuk laporan, manual GATB (Departemen Tenaga Kerja Amerika, 1979), danMinnesota Occupational Reinforcer Patterns (MOSC). Semua dapat membantu dalam mengidentifikasi pekerjaan. Yang berguna bagi klien untuk mengeksplorasi lebih lanjut. Selain itu, konsep yang relatif baru namun bermanfaat adalah bahwa gaya penyesuaian. Konsep ini menyangkut tingkat kesesuaian antara orang dan lingkungan. Empat kualitas ini cocok menggambarkan: fleksibilitas, keaktifan, reactiveness, dan ketekunan. Semua alat ini dapat membantu klien dan konselor menggunakan kekayaan informasi dan mempersempit jumlah alternatif kerja sehingga klien dapat memiliki sejumlah pilihan. Ketika klien mengambil Minnesota Importance Questionnaire, mereka menerima nilai pada enam nilai-nilai dan kebutuhan dijelaskan sebelumnya 20 pada 90 sebuah pekerjaan.
·         Menjelaskan tentang kepuasan kerja perubahan dalam persediaan dan permintaan dan pergantian pekerjaan.
·         Dalam hal dunia kerja pentingnya diri sendiri untuk menyesuaikan dengan pekerjaan tersebut, penyesuain diri pekerjaan ini sangat penting untuk memahami kepuasan kerja, penyesuain dalam persediaan dan permintaan dan pergantian pekerjaan. Hal ini sangat wajar dalam di dunia pekerjaan.
·         Pengertian Kepuasaan Kerja menurut Wexley dan Yukl: mengartikan kepuasan kerja sebagai “the way an employee feels about his or her job”. Artinya bahwa kepuasan kerja adalah cara pegawai merasakan dirinya atau pekerjaannya. dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah perasaan yang menyokong atau tidak menyokong dalam diri pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan maupun kondisi dirinya. Perasaan yang berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upaya, kesempatan pengembangan karier, hubungan dengan pegawai lain, penempatan kerja, dan struktur organisasi. Sementara itu, perasaan yang berhubungan dengan dirinya antara lain berupa umur, kondisi kesehatan, kemampuan dan pendidikan.

B.     Waktu Luang
Tidak ada yang suka bekerja sepanjang waktu. Sebagian besar dari kita menginginkan pergi ke sendiri dan dengan keluarga kita. Istilah tradisional yang digunakan untuk waktu tidak bekerja seperti itu liburan, secara harfiah berarti “waktu off bekerja atau tugas.” Kebanyakan dari kita berpikir bahwa kita memiliki waktu luang lebih baik. Namun peningkatan waktu luang sekarang menimbulkan masalah bagi banyak orang.
Saat ini, banyak yang menggabungkan kekuatan untuk membawa kita lebih banyak waktu luang. Di satu sisi, meningkatnya penggunaan komputer dan bentuk lain otomatis lebih banyak dilakukan dengan pekerja lebih sedikit dan sedikit waktu. Pada saat yang sama, memasuki pasar tenaga kerja untuk yang lebih muda, perempuan dewasa dan ancaman minoritas mempertahankan tingkat pengangguran yang tinggi atau mengubah distribusi pekerja. Rata-rata pekerja sekarang memiliki liburan dibayar dan hari libur, dan janji jangka waktu yang lebih mendukung pensiun penghasilan. Sementara inflasi, pajak yang lebih tinggi dan peningkatan biaya pendidikan (dan hampir segala sesuatu yang lain) mengancam offset manfaat ini, tren jangka panjang terhadap waktu bebas lebih banyak.


Self – Directed Changes
A. Konsep dan Penerapan Self-directed changes: Mahasiswa mengetahui dan termotivasi untuk melakukan perubahan pribadi dengan melalui tahapan:
     1.     Meningkatkan kontrol diri
Mendasarkan diri pada kesadaran bahwa pada setiap manusia memiliki kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Itu dapat terjadi sebagai akibat perubahan dalam struktur kognitif yang dihasilkan oleh perubahan struktur kognitif itu sendiri atau perubahan kebutuhan juga adanya motivasi internal serta belajar yang efektif.
     2.     Menetapkan tujuan
Dimaksudkan untuk menjaga individu agar tetap tertuju pada proses pembelajaran, dalam arti dapat mengetahui dan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari dalam mencapai kesehatan mental, serta tahu akan kemana tujuan hidupnya, cakap dalam mengambil keputusan dan mampu berpartisipasi di masyarakat dan akan mampu mengarahkan dirinya.
     3.     Pencatatan perilaku
Menguatkan perilaku ulang kalau individu merasa bisa mengambil manfaat dari perilaku yang pernah dilakukan sebelumnya, kemungkinan lain yang bisa menjadikan seseorang mengulang perilaku sebelumnya karena merasa senang dengan apa yang pernah dilakukan
     4.      Menyaring anteseden perilaku
Bisa membagi perilaku sasaran ke dalam perubahan, serta membantu individu agar lebih siap dalam mempelajari perilaku tersebut. Pemahaman akan anteseden perilaku membantu individu agar dapat dengan tepat memilih nilai-nilai dan merencanakan strategi.
     5.     Menyusun konsekuensi yang efektif
Pemahaman dalam arti sehat mental dapat menentukan perubahan pada individu dalam melakukan mobilitas untuk melakukan segala sesuatu aktifitas –aktifitas yang dilakukan oleh manusia, dalam menanggapi stimulus lingkungan, yang meliputi aktivitas motoris, emosional,dan kognitif dalam mencapai kematangan mental.
     6.     Menerapkan perencana intervensi
Membawa perubahan, tentunya pada perubahan yang lebih baik. Dalam arti pemahaman nilai-nilai, karakter / watak, dan cara cara berperilaku secara individual. Dalam arti kita harus lebih memahami cara berperilaku pada kegiatan proses pembentukan watak dan pembelajaran secara terencana.
     7.     Evaluasi
Faktor yang penting untuk mencapai kematangan pribadi, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivan adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.
Sumber :


0 comments on " "

Post a Comment