Friday, November 6, 2015

Tugas Softskill ke 2 Kekuasaan dan Leadership

        1.      Kekuasaan
A.    Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power)
Pemimpin hanya dapat melakukan fungsi kepemimpinannya apabila memiliki suatu daya tertentu, yaitu power. Dalam hal ini power berarti daya, atau dalam teori kepemimpinan power adalah sebagai berikut “kekuasaan”.
Pengertian kekuasaan menurut para ahli yang mendefinisikan pengertian kekuasaan (power) antara lain sebagai berikut :
1)      R. Beirstedt: power as the ability to employ force
(Daya merupakan kemampuan untuk menggunakan kekuatan)
2)      M.f Rogers : power as the potential for influence
(Daya merupakan kesanggupan untuk mempengaruhi)
3)      Amitai Etzioni : power is ability to induct or influence behavior
(Daya adalah kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi perilaku)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dikemukakan pengertian kekuasaan (power) sebagai berikut :
1)      Kekuasaan adalah kapasitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain kearah pencapaian tujuan.
2)      Kekuasaan adalah otoritas atau kekuatan untuk mempengaruhi perilaku individu atau kelompok dan sumber daya untuk mencapai tujuan.

B.     Jelaskan sumber-sumber kekuasaan menurut French & Raven
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven menyatakan bahwa  kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Adapun sumber kekuasaan yang terdiri dari tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian, dan politik.


1.      Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu :
a.       Kekuasaan formal atau legal
Termasuk alam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya mendapa kekuasaan karena ditunjuk atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b.      Kendali atas sumber dan ganjaran
Majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kantor yang dapat memberikan ganjaran kepada anggota atau bawahan, memimpin berdasarkan kekuasaan jenis ini.
c.       Kendali atas hukuman
Ganjaran biasanya terkait hukuman. Kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman merupakan kepemimpinan didasarkan rasa takut. Contoh, preman-preman yang memungut pajak dari pemilik-pemilik toko.
d.      Kendali atas informasi
Orang yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contohnya, ulama menjadi pemimpin dalam agama, ilmuwan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
e.       Kendali ekologik
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi. Contohnya kendali atas penempatan jabatan, seorang atasan kepala bagian personalia mempunyai kekuasaan atas bawahannya dengan menentukan posisi anggota-anggotanya.
2.      Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
Kepemimipinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu :

a.       Keahlian atau keterampilan
Misalnya, dalam sholat berjamaah dalam agama islam yang dijadikan pemimpin sholat atau imam adalah yang paling fasih membaca ayat Al-Quran
b.      Persahabatan dan Kesetiaan
Sifat dalam bergaul, setia kawan atau setia pada kelompok merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c.       Karisma
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
3.      Kekuasaan yang bersumber pada politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik yang terdiri dari :
a.       Kendali atau proses pembuatan keputusan
Contoh hakim memimpin siding keadilan karena ia mempunyai kendali atas jalannya sidang dan keputasan atau vonis yang akan dijatuhkan.
b.      Koalisi
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan atas hak atau wewenang untuk membuat kerjasama dengan kelompok lain.
c.       Partisipasi
Pemimpin mengatur partisipasi dan dalam bentuk apa anggotanya berpartisipasi.
d.      Institusionalisasi
Contohnya pemimpin agama menikahi pasangan suami istri menentukan terbentuknya keluarga baru dan notaris atau hakim menetapkan berdirinya yayasan atau perusahaan baru.  


           2.      Leadership
A.    Definisi Leadership
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang yaitu pemimpin  untuk mempengaruhi orang lain yaitu yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Menurut Hemhiel and Coons (dalam FIP-UPI, 2007) kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan di capai bersama (shared goal).

B.     Jelaskan teori-teori kepemimpinan Partisipatif, terdiri dari :
1.      Teori x dan teori y dari Douglas Mc. Gregor
Pada tahun 1960, Douglas MC Gregor mengidentifikasikan dua sudut pandang tentang manajemen, yang dianut dalam tingkatan manajemen. Dua sudut pandang itu, disebut dengan Teori X dan juga Teori Y. Orang dari tipe X adalah orang yang malas, yang harus dipaksa untuk bekerja, yang tidak mau dibebani tanggung jawab. Sebaliknya orang dengan tipe Y adalah orang yang suka bekerja dan senang mendapat tanggung jawab. Orang tipe Y adalah orang yang memiliki motivasi kerja proaktif, sedangkan orang dari tipe X adalah orang yang memiliki motivasi kerja yang reaktif.

2.      Teori sistem 4 dari Rensis Likert
Teori Empat Sistem (bahasa Inggris : Four Systems Theory) adalah salah satu teori komunikasi yang mengkaji hubungan antar manusia melalui hasil dari produksinya dilihat dari kacamata manajemen.
Rensis Linkert dari Universitas Michighan mengembangkan model peniti penyambung (linking pin model) yang menggambarkan struktur organisasi. Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjanya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat sistem:
a.       Sistem pertama
Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas kebawah.
b.      Sistem Kedua
Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan.
c.       Sistem Ketiga
Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.
d.      Sistem Keempat
Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.

3.      Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannebaum & Schmidt.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan.
Menurut teori continuum ada tujuh tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:
a.            Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
b.            Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
c.             Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
d.            Pemimpin memberikan keputusan tentative dan keputusan masih dapat diubah.
e.             Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
f.             Pemimpin menentukan batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.
g.            Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).
 Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik  tolak dari dua pandangan dasar:
1)      Berorientasi kepada pemimpin.
2)      Berorientasi kepada bawahan.

C.    Menjelaskan teori Kepemimpinan dari konsep modern chace Approach to Participation yang memuat konsep Decision Tree For Leadership dari tokoh Vroom & Yetton
Konsep Decision Tree of Leadership dari Vroom & Yetton
Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
a.       AI (Autocratic)
Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
b.      AII (Autocratic)
Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral.
c.       CI (Consultative)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
d.      CII (Consultative)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
e.       GII (Group Decision)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.
Normative Theory: Rules Designed To Protect Decision Quality(Vroom & Yetton, 1973).
a.          Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
b.         Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
c.          Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
d.          Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
e.          Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
f.          Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
g.         Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif.

D.    Menjelaskan teori Kepemimpinan dari konsep :
Contingency Theory Of Leadership dari Fiedler
Menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) . Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73). Untuk menilai sistem motivasi dari pemimpin, pemimpin harus mengisi suatu skala sikap dalam bentuk skala semantic differential, suatu skala yang terdiri dari 16 butir skala bipolar. Skor yang diperoleh menggambarkan jarak psikologis yang dirasakan oleh peminpin antara dia sendiri dengan “rekan kerja yang paling tidak disenangi” (Least Prefered Coworker = LPC). Skor LPC yang tinggi menunjukkan bahwa pemimpin melihat rekan kerja yang paling tidak disenangi dalam suasana menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin dengan skor LPC yang tinggi ini berorientasi ke hubungan (relationship oriented). Sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan derajat kesiapan pemimpin untuk menolak mereka yang dianggap tidak dapat bekerja sama. Pemimpin demikian, lebih berorientasi ke terlaksananya tugas (task oriented). Fiedler menyimpulkan bahwa:
                                                            1.      Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke tugas) cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
                                                            2.      Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok yang sederajat dengan keuntungannya.
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a)      Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (Position power)
b)      Struktur tugas (task structure)
c)      Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya (Leader-member relations)

E.     Menjelaskan teori kepemimpinan dari konsep path goal theory
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikut, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi:
1.      Direktif
mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya, menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar kinerja, dan memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok.
2.      Suportif
melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, memperlakukan pengikut dengan adil, bersahabat, dan mudah bergaul serta memperhatikan kesejahteraan bawahannya.
3.      Partisipatif
melibatkan bawahan, meminta saran bawahan dan menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
4.      Berorientasi pencapaian
menentukan tujuan-tujuan yang menantang, mengharap kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya kinerja yang berkelanjutan, optimistik dan memenuhi standar-standar yang tinggi.
tiga sikap bawahan meliputi :
a)      kepuasan kerja,
b)      penerimaan terhadap pimpinan
c)      harapan mengenai hubungan antara usaha, kinerja, dan imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.



Sumber :
Soekarno, & Putong I.(2015). Kepemimpinan Kajian Teori dan Praktis.
Sarwono, S, W.(2005). PsikoloSosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Hand Book FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Imperial Bhakti Utama



No comments:

Post a Comment

Welcome

Friday, November 6, 2015

Tugas Softskill ke 2 Kekuasaan dan Leadership

Posted by Unknown at 7:42 PM
        1.      Kekuasaan
A.    Definisi Kekuasaan
Kekuasaan (power)
Pemimpin hanya dapat melakukan fungsi kepemimpinannya apabila memiliki suatu daya tertentu, yaitu power. Dalam hal ini power berarti daya, atau dalam teori kepemimpinan power adalah sebagai berikut “kekuasaan”.
Pengertian kekuasaan menurut para ahli yang mendefinisikan pengertian kekuasaan (power) antara lain sebagai berikut :
1)      R. Beirstedt: power as the ability to employ force
(Daya merupakan kemampuan untuk menggunakan kekuatan)
2)      M.f Rogers : power as the potential for influence
(Daya merupakan kesanggupan untuk mempengaruhi)
3)      Amitai Etzioni : power is ability to induct or influence behavior
(Daya adalah kemampuan untuk membujuk atau mempengaruhi perilaku)
Berdasarkan pendapat para ahli diatas, dikemukakan pengertian kekuasaan (power) sebagai berikut :
1)      Kekuasaan adalah kapasitas untuk mempengaruhi perilaku orang lain kearah pencapaian tujuan.
2)      Kekuasaan adalah otoritas atau kekuatan untuk mempengaruhi perilaku individu atau kelompok dan sumber daya untuk mencapai tujuan.

B.     Jelaskan sumber-sumber kekuasaan menurut French & Raven
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven menyatakan bahwa  kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Adapun sumber kekuasaan yang terdiri dari tiga macam, yaitu kedudukan, kepribadian, dan politik.


1.      Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu :
a.       Kekuasaan formal atau legal
Termasuk alam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana menteri, dan sebagainya mendapa kekuasaan karena ditunjuk atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b.      Kendali atas sumber dan ganjaran
Majikan yang menggaji karyawannya, pemilik sawah yang mengupah buruhnya, kepala suku atau kantor yang dapat memberikan ganjaran kepada anggota atau bawahan, memimpin berdasarkan kekuasaan jenis ini.
c.       Kendali atas hukuman
Ganjaran biasanya terkait hukuman. Kepemimpinan yang sumbernya hanya kendali atas hukuman merupakan kepemimpinan didasarkan rasa takut. Contoh, preman-preman yang memungut pajak dari pemilik-pemilik toko.
d.      Kendali atas informasi
Orang yang menguasai informasi dapat menjadi pemimpin. Contohnya, ulama menjadi pemimpin dalam agama, ilmuwan menjadi pemimpin dalam ilmu pengetahuan.
e.       Kendali ekologik
Sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasaan situasi. Contohnya kendali atas penempatan jabatan, seorang atasan kepala bagian personalia mempunyai kekuasaan atas bawahannya dengan menentukan posisi anggota-anggotanya.
2.      Kekuasaan yang bersumber pada kepribadian
Kepemimipinan yang bersumber pada kekuasaan karena kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu :

a.       Keahlian atau keterampilan
Misalnya, dalam sholat berjamaah dalam agama islam yang dijadikan pemimpin sholat atau imam adalah yang paling fasih membaca ayat Al-Quran
b.      Persahabatan dan Kesetiaan
Sifat dalam bergaul, setia kawan atau setia pada kelompok merupakan sumber kekuasaan sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin.
c.       Karisma
Ciri kepribadian yang menyebabkan timbulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan.
3.      Kekuasaan yang bersumber pada politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik yang terdiri dari :
a.       Kendali atau proses pembuatan keputusan
Contoh hakim memimpin siding keadilan karena ia mempunyai kendali atas jalannya sidang dan keputasan atau vonis yang akan dijatuhkan.
b.      Koalisi
Kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan atas hak atau wewenang untuk membuat kerjasama dengan kelompok lain.
c.       Partisipasi
Pemimpin mengatur partisipasi dan dalam bentuk apa anggotanya berpartisipasi.
d.      Institusionalisasi
Contohnya pemimpin agama menikahi pasangan suami istri menentukan terbentuknya keluarga baru dan notaris atau hakim menetapkan berdirinya yayasan atau perusahaan baru.  


           2.      Leadership
A.    Definisi Leadership
Kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan seseorang yaitu pemimpin  untuk mempengaruhi orang lain yaitu yang di pimpin atau pengikut-pengikutnya sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaimana dikehendaki oleh pemimpin tersebut. Menurut Hemhiel and Coons (dalam FIP-UPI, 2007) kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang akan di capai bersama (shared goal).

B.     Jelaskan teori-teori kepemimpinan Partisipatif, terdiri dari :
1.      Teori x dan teori y dari Douglas Mc. Gregor
Pada tahun 1960, Douglas MC Gregor mengidentifikasikan dua sudut pandang tentang manajemen, yang dianut dalam tingkatan manajemen. Dua sudut pandang itu, disebut dengan Teori X dan juga Teori Y. Orang dari tipe X adalah orang yang malas, yang harus dipaksa untuk bekerja, yang tidak mau dibebani tanggung jawab. Sebaliknya orang dengan tipe Y adalah orang yang suka bekerja dan senang mendapat tanggung jawab. Orang tipe Y adalah orang yang memiliki motivasi kerja proaktif, sedangkan orang dari tipe X adalah orang yang memiliki motivasi kerja yang reaktif.

2.      Teori sistem 4 dari Rensis Likert
Teori Empat Sistem (bahasa Inggris : Four Systems Theory) adalah salah satu teori komunikasi yang mengkaji hubungan antar manusia melalui hasil dari produksinya dilihat dari kacamata manajemen.
Rensis Linkert dari Universitas Michighan mengembangkan model peniti penyambung (linking pin model) yang menggambarkan struktur organisasi. Bila seseorang memperhatikan dan memelihara pekerjanya dengan baik maka operasional organisasi akan membaik. Fungsi-fungsi manajemen berlangsung dalam empat sistem:
a.       Sistem pertama
Sistem yang penuh tekanan dan otoriter dimana segala sesuatu diperintahkan dengan tangan besi dan tidak memerlukan umpan balik. Atasan tidak memiliki kepercayaan terhadap bawahan dan bawahan tidak memiliki kewenangan untuk mendiskusikan pekerjaannya dengan atasan. Akibat dari konsep ini adalah ketakutan, ancaman dan hukuman jika tidak selesai. Proses komunikasi lebih banyak dari atas kebawah.
b.      Sistem Kedua
Sistem yang lebih lunak dan otoriter dimana manajer lebih sensitif terhadap kebutuhan karyawan.
c.       Sistem Ketiga
Sistem konsultatif dimana pimpinan mencari masukan dari karyawan.
d.      Sistem Keempat
Sistem partisipan dimana pekerja berpartisipasi aktif dalam membuat keputusan.

3.      Theory of Leadership Pattern Choice dari Tannebaum & Schmidt.
Teori ini merupakan hasil pemikiran dari Robert Tannenbaum dan Warren H.Schmidt. Tannenbaun dan Schmidt dalam Hersey dan Blanchard (1994) berpendapat bahwa pimpinan mempengaruhi pengikutnya melalui beberapa cara, yaitu dari cara yang menonjolkan sisi ekstrim yang disebut dengan perilaku otokratis sampai dengan cara yang menonjolkan sisi ekstrim lainnya yang disebut dengan perilaku demokratis.
Perilaku otokratis, pada umumnya dinilai bersifat negatif, dimana sumber kuasa atau wewenang berasal dari adanya pengaruh pimpinan. Perilaku demokratis, perilaku kepemimpinan ini memperoleh sumber kuasa atau wewenang yang berawal dari bawahan.
Menurut teori continuum ada tujuh tingkatan hubungan pemimpin dengan bawahan:
a.            Pemimpin membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan (telling).
b.            Pemimpin menjualkan dan menawarkan keputusan terhadap bawahan (selling).
c.             Pemimpin menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan.
d.            Pemimpin memberikan keputusan tentative dan keputusan masih dapat diubah.
e.             Pemimpin memberikan problem dan meminta sarang pemecahannya kepada bawahan (consulting).
f.             Pemimpin menentukan batasan-batasan dan minta kelompok untuk membuat keputusan.
g.            Pemimpin mengizinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan (joining).
 Jadi, berdasarkan teori continuum, perilaku pemimpin pada dasarnya bertitik  tolak dari dua pandangan dasar:
1)      Berorientasi kepada pemimpin.
2)      Berorientasi kepada bawahan.

C.    Menjelaskan teori Kepemimpinan dari konsep modern chace Approach to Participation yang memuat konsep Decision Tree For Leadership dari tokoh Vroom & Yetton
Konsep Decision Tree of Leadership dari Vroom & Yetton
Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
a.       AI (Autocratic)
Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
b.      AII (Autocratic)
Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral.
c.       CI (Consultative)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
d.      CII (Consultative)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
e.       GII (Group Decision)
Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.
Normative Theory: Rules Designed To Protect Decision Quality(Vroom & Yetton, 1973).
a.          Leader Information Rule: Jika kualitas keputusan penting dan anda tidak punya cukup informasi atau ahli untuk memecahkan masalah itu sendiri, eleminasi gaya autucratic.
b.         Goal Congruence Rule: Jika kualitas keputusan penting dan bawahan tidak suka untuk membuat keputusan yang benar, aturlah keluar gaya partisipasi tertinggi.
c.          Unstructured Problem Rule: Jika kualitas keputusan penting untuk anda kekurangan cukup informasi dan ahli dan masalah ini tidak terstruktur, eliminasi gaya kepemimpinan autocratic.
d.          Acceptance Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, eliminasi gaya autocratic.
e.          Conflict Rule: Jika persetujuan dari bawahan adalah krusial untuk implementasi efektif, dan mereka memegang opini konflik di luar makna pencapaian beberapa sasaran, eliminasi gaya autocratic.
f.          Fairness Rule: Jika kualitas keputusan tidak penting, namun pencapaiannya penting, maka gunakan gaya yang paling partisipatif.
g.         Acceptance Priority Rule: Jika persetujuan adalah kritikan dan belum tentu mempunyai hasil dari keputusan autocratic dan jika bawahan tidak termotivasi untuk mencapai tujuan organisasi, gunakan gaya yang paling partisipatif.

D.    Menjelaskan teori Kepemimpinan dari konsep :
Contingency Theory Of Leadership dari Fiedler
Menurut Fiedler, seorang menjadi pemimpin bukan karena sifat-sifat daripada kepribadiannya, tetapi karena berbagai faktor situasi dan adanya interaksi antara Pemimpin dan situasinya.
Model Contingency dari kepemimpinan yang efektif dikembangkan oleh Fiedler (1967) . Menurut model ini, maka the performance of the group is contingen upon both the motivasional system of the leader and the degree to which the leader has control and influence in a particular situation, the situational favorableness (Fiedler, 1974:73). Untuk menilai sistem motivasi dari pemimpin, pemimpin harus mengisi suatu skala sikap dalam bentuk skala semantic differential, suatu skala yang terdiri dari 16 butir skala bipolar. Skor yang diperoleh menggambarkan jarak psikologis yang dirasakan oleh peminpin antara dia sendiri dengan “rekan kerja yang paling tidak disenangi” (Least Prefered Coworker = LPC). Skor LPC yang tinggi menunjukkan bahwa pemimpin melihat rekan kerja yang paling tidak disenangi dalam suasana menyenangkan. Dikatakan bahwa pemimpin dengan skor LPC yang tinggi ini berorientasi ke hubungan (relationship oriented). Sebaliknya skor LPC yang rendah menunjukkan derajat kesiapan pemimpin untuk menolak mereka yang dianggap tidak dapat bekerja sama. Pemimpin demikian, lebih berorientasi ke terlaksananya tugas (task oriented). Fiedler menyimpulkan bahwa:
                                                            1.      Pemimpin dengan skor LPC rendah (pemimpin yang berorientasi ke tugas) cenderung untuk berhasil paling baik dalam situasi kelompok baik yang menguntungkan, maupun yang sangat tidak menguntungkan pemimpin.
                                                            2.      Pemimpin dengan skor LPC tinggi ( pemimpin yang berorientasi ke hubungan) cenderung untuk berhasil dengan baik dalam situasi kelompok yang sederajat dengan keuntungannya.
Sebagai landasan studinya, Fiedler menemukan 3 (tiga) dimensi kritis daripada situasi / lingkungan yang mempengaruhi gaya pemimpin yang sangat efektif, yaitu:
a)      Kekuasaan atas dasar kedudukan/jabatan (Position power)
b)      Struktur tugas (task structure)
c)      Hubungan antara Pemimpin dan anggotanya (Leader-member relations)

E.     Menjelaskan teori kepemimpinan dari konsep path goal theory
Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena efek positif yang mereka berikan terhadap motivasi para pengikut, kinerja dan kepuasan. Teori ini dianggap sebagai path-goal karena terfokus pada bagaimana pemimpim mempengaruhi persepsi dari pengikutnya tentang tujuan pekerjaan, tujuan pengembangan diri, dan jalur yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan.
Dasar dari path goal adalah teori motivasi ekspektansi. Teori awal dari path goal menyatakan bahwa pemimpin efektif adalah pemimpin yang bagus dalam memberikan imbalan pada bawahan dan membuat imbalan tersebut dalam satu kesatuan (contingent) dengan pencapaian bawahan terhadap tujuan sepsifik.
Perkembangan awal teori path goal menyebutkan empat gaya perilaku spesifik dari seorang pemimpin meliputi:
1.      Direktif
mengarahkan tentang apa yang harus dilakukan dan bagaimana caranya, menjadwalkan pekerjaan, mempertahankan standar kinerja, dan memperjelas peranan pemimpin dalam kelompok.
2.      Suportif
melakukan berbagai usaha agar pekerjaan menjadi lebih menyenangkan, memperlakukan pengikut dengan adil, bersahabat, dan mudah bergaul serta memperhatikan kesejahteraan bawahannya.
3.      Partisipatif
melibatkan bawahan, meminta saran bawahan dan menggunakannya dalam proses pengambilan keputusan.
4.      Berorientasi pencapaian
menentukan tujuan-tujuan yang menantang, mengharap kinerja yang tinggi, menekankan pentingnya kinerja yang berkelanjutan, optimistik dan memenuhi standar-standar yang tinggi.
tiga sikap bawahan meliputi :
a)      kepuasan kerja,
b)      penerimaan terhadap pimpinan
c)      harapan mengenai hubungan antara usaha, kinerja, dan imbalan.
Model kepemimpinan jalur tujuan (path goal) menyatakan pentingnya pengaruh pemimpin terhadap persepsi bawahan mengenai tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalur pencapaian tujuan. Dasar dari model ini adalah teori motivasi eksperimental. Model kepemimpinan ini dipopulerkan oleh Robert House yang berusaha memprediksi ke-efektifan kepemimpinan dalam berbagai situasi.



Sumber :
Soekarno, & Putong I.(2015). Kepemimpinan Kajian Teori dan Praktis.
Sarwono, S, W.(2005). PsikoloSosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan. Jakarta: Balai Pustaka.
Munandar, A.S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia
Hand Book FIP-UPI. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung : Imperial Bhakti Utama



0 comments on "Tugas Softskill ke 2 Kekuasaan dan Leadership "

Post a Comment