Tugas Ke 3
Psikologi Manajemen
A.
MOTIVASI
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata latin
movere yang berarti dorongan atau menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam
manajemen hanya ditujukan pada sumber daya manusia umumnya dan bawahan
khususnya. Motivasi mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan
potensi bawahan, agar mau bekerja sama secara produktif berhasil mencapai dan
mewujudkan tujuan yang telah ditentukan.
Motivasi menurut para ahli :
a)
motivasi
adalah keinginan yang terdapat pada seorang individu yang merangsangnya
melakukan tindakan (GR. Terry, yang dikutip oleh Malayu S.P Hasibuan (2005 :
145).
b)
Motivasi
adalah pekerjaan yang dilakukan oleh manajer dalam memberikan inspirasi,
semangat, dan dorongan pada orang lain, dalam hal ini karyawannya untuk
mengambil tindakan-tindakan tertentu (
Liang Gie, yang dikutip oleh Sadali Samsudin ( 2006 :281 ).
c)
Motivasi:
keseluruhan proses pemberian motivasi bekerja kepada bawahan sedemikian rupa
sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
dengan efisien dan ekonomis (Siagian, yang dikutip oleh Sedarmayanti (
2001 : 66 ).
Motivasi
meliputi perasaan unik, pikiran dan pengalaman masa lalu yang merupakan bagian
dari hubungan internal dan eksternal perusahaan sedemikian pentingnya motivasi,
banyak ahli filsafat, sosiolog, psikolog maupun ahli manajemen melakukan
penelitian.
Dari
pengertian di atas bahwa motivasi kerja merupakan suatu keahlian dalam
mengarahkan atau mengendalikan dan menggerakan seseorang untuk melakukan tindakan
akan perilaku yang diinginkan berdasarkan sasaran-sasaran yang sudah ditetapkan
untuk mencapai tujuan tertentu.
2. Teori Drive-Reinforcement dan implikasi praktisnya
Teori ini didasarkan atas hubungan
sebab dan akibat dari perilaku dengan pemberian konpensasi..
Teori pengukuhan ini terdiri dari dua jenis, yaitu :
a)
Pengukuhan
Positif (Positive Reinforcement),
yaitu bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuh positif diterapkan
secara bersyarat.
b)
Pengukuhan
Negatif (Negative Reinforcement), yaitu
bertambahnya frekuensi perilaku, terjadi jika pengukuhan negatif dihilangkan
secara bersyarat.
Jadi prinsip pengukuhan selalu
berhubungan dengan bertambahnya frekuensi dan tanggapan, apabila diikuti oleh
stimulus yang bersyarat. Demikian juga prinsip hukuman (Punishment) selalu
berhubungan dengan berkurangnya frekuensi tanggapan, apabila tanggapan
(response) itu diikuti oleh rangsangan yang bersyarat. Contoh : pengukuhan yang
relatif malar adalah mendapatkan pujian setelah seseorang memproduksi tiap-tiap
unit atau setiap hari disambut dengan hangat oleh manajer.
Teori ”drive” bisa diuraikan sebagai teori-teori dorongan tentang
motivasi, perilaku didorong ke arah tujuan oleh keadaan-keadaan yang mendorong
dalam diri seseorang atau binatang.
Teori-teori drive mengatakan hal-hal
berikut : ketika suatu keadaan dorongan internal muncul, individu di dorong
untuk mengaturnya dalam perilaku yang akan mengarah ke tujuan yang mengurangi
intensitas keadaan yang mendorong. Pada manusia dapat mencapai tujuan yang memadai
yang mengurangi keadaan dorongan apabila dapat menyenangkan dan memuaskan. Jadi
motivasi dapat dikatakan terdiri dari:
Suatu keadaan yang mendorong perilaku
yang mengarah ke tujuan yang diilhami oleh keadaan terdorong pencapaian tujuan
yang memadai pengurangan dan kepusaan subjektif dan kelegaan ke tingkat tujuan
yang tercapai. Teori-teori drive yang lain telah mengembangkan peran belajar
dalamkeaslian keadaan terdorong. Contohnya, dorongan yang di pelajari (learned
drives), seperti mereka sebut, keaslian dalam latihan seseorang atau binatang
atau pengalaman masa lalu dan yang berbeda dari satu individu ke individu yang
lain. Karena penggunaan minuman keras sebelumnya, ketagihan heroin, contohnya
mengembangkan suatu dorongan untuk mendapatkan hal tersebut, dan karena itu
mendorong ke arah itu. Dan dalam realisasi motif sosial, orang telah belajar
dorongan untuk kekuasaan, agresi atau prestasi. Keadaan terdorong yang
dipelajari menjadi ciri abadi dari orang tertentu dan mendorong orang itu ke
arah tujuan yang memadai, orang lain mungkin belajar motif sosial yang lain dan
didorong ke arah tujuan yang berbeda.
Biasanya di terapkan dalam kehidupan
sehari-hari, misalkan seorang kuli panggul di pasar tradisional, jika ia dapat
mengangkut/mengirim 5 ton buah pada tiap 5 karung maka akan diberikan 2 kg buah
segar oleh pemilik toko buah tersebut, Drive-Reinforcement nya berbentuk reward
berupa materi yang diberikan pemilik toko kepada pekerjanya (kuli panggul).
3. Teori Harapan dan implikasi praktisnya
Teori pengharapan berargumen bahwa kekuatan dari suatu
kecenderungan untuk bertindak dengan suatu cara tertentu bergantung pada
kekuatan dari suatu pengharapan bahwa tindakan itu akan diikuti oleh suatu
keluaran tertentu , dan pada daya tarik dari keluaran tersebut bagi individu
tersebut.
Dalam istilah yang lebih praktis, teori pengharapan,
mengatakan seseorang karyawan dimotivasi untuk menjalankan tingkat upaya yang
tinggi bila ia menyakini upaya akan menghantar ke suatu penilaian kinerja yang
baik (Victor Vroom) Karena ego manusia yang selalu menginginkan hasil yang baik
baik saja, daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang terkandung
dari harapan yang akan diperolehnya pada masa depan (Hasibuan). Apabila harapan
dapat menjadi kenyataan, karyawan akan cenderung meningkatkan gairah kerjanya.
Sebaliknya jika harapan tidak tercapai, karyawan akan menjdadi malas. Teori ini
dikemukakan oleh Victor Vroom yang mendasarkan teorinya pada tiga konsep
penting, yaitu:
a)
Harapan
(expentancy)
Harapan
(expentancy) adalah suatu kesempatan
yang diberikan terjadi karena prilaku. Harapan merupakan propabilitas yang
memiliki nilai berkisar nol yang berati tidak ada kemungkinan hingga satu yang
berarti kepastian.
b)
Nilai
(Valence)
Nilai
(Valence) adalah akibat dari prilaku tertentu mempunyai nilai atau martabat tertentu
(daya atau nilai motivasi) bagi setiap individu tertentu.
c)
Pertautan
(Inatrumentality)
Pertautan (Inatrumentality) adalah persepsi dari
individu bahwa hasil tingkat pertama akan dihubungkan dengn hasil tingkat ke
dua.Vroom mengemukakan bahwa pertautan dapat mempunyai nilai yang berkisar
antara –1 yang menunjukan persepsi bahwa tercapinya tingkat ke dua adalah pasti
tanpa hasis tingkat pertama dan tidak mungkin timbul dengan tercapainya hasil
tingkat pertama dan positip satu +1 yang menunjukan bahwa hasil tingkat pertama
perlu dan sudah cukup untuk menimbulkan hasil tingkat ke dua.
Teori ini termasuk
kedalam Teori – Teori Kesadaran. Teori ini menunjukkan pendekatan kognitif
terhadap motivasi kerja, yang menekankan kepada kemampuan individu dalam
pemrosesan informasi. Kekuatan motivasi yang mendasarinya bukanlah sebuah
kebutuhan. Pekerja diasumsikan melakukan penilaian rasional terhadap situasi
kerjanya dengan mengumpulkan informasi untuk diolah, kemudian membuat
keputusanyang optimal. Kebutuhan hanya digunakan untuk membantu dalam memahami
bagaimana pekerja membuat pilihan berdasarkan pada keyakinan persepsi dan nilai
– nilai mereka.. Salah satu teori harapan yang terkait dengan kerja dikemukakan
oleh George Poulus, Mathoney dan Jones (1957) yang mengacu pada Path-Goal
Theory. Mereka mengemukakan bahwa para pekerja akan cenderung menjadi produktif
apabila mereka memandang produktivitas yang tinggi itu sebagai satu cara atau
lebih pada tujuan pribadi.
Sebaliknya, kinerja yang
rendah hanyalah satu jalan menuju tujuan pribadi. Misalnya produktivitas yang
tinggi akan lebihcepat atau mudah untuk terpenuhinya tujuan pribadi daripada
pekerja yang hasilnya terbatas atau lebih rendah. Dengan menggunakan
pendekatan”jalan ke arah tujuan (path-goal)” ini, Vroom (1976) menyarankan
suatu teori motivasi kerjayang dikenal dengan singkatan VIE – Valensi/kemampuan
(valence), sarana (Instrumentality), dan harapan (Expectancy). Pada kesempatan
ini yang dibahas yaitu mengenai Teori Harapan (Expectancy Theory). Nadler &
Lawler menyatakan bahwa terlepas dari teori VIE sebagaimana yang diutarakan
para ahli lainnya, namun ternyata teori VIE menerima terlalu banyak dukungan
empiis karena nilainya yang positif bagi organisasi. Secar khusus, teori ini memberikan
beberapa implikasi yang jelas dan positif bagi manajer.
4. Teori tujuan dan implikasi praktisnya
Locke mengusulkan model kognitif yang dinamakan teori tujuan, yang
mencoba menjelaskan hubungan hubungan antara niat/intentions dengan
perilaku.Aturan dasarnya ialah penetapan dari tujuan-tujuan secara sadar. Hasil
penelitian Edwin Locke dan rekan-rekan (1968), menunjukkan efek positif dari teori
tujuan pada perilaku kerja.
Penetapan tujuan memiliki empat macam
mekanisme:
a)
Tujuan
adalah yang mengarahkan perhatian
b)
Tujuan
adalah yang mengatur upaya
c)
Tujuan
adalah meningkatkan persistensi
d)
Tujuan
adalah menunjang strategi untuk dan rencana kegiatan
5. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow
Maslow
(1970) telah menyusun kebutuhan-kebutuhan manusia dalam lima tingkat yang akan
dicapai sebagai berikut:
a)
Kebutuhan
Fisiologi
Merupakan
kebutuhan tingkat pertama yang paling rendah dan harus dipenuhi dan dipuaskan
sebelum mencapai kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi.Kebutuhan ini terdiri
dari makan,minum,pernapasan dan lain-lain yang bersifat biologis.
b)
Kebutuhan
Keamanan
Yang
termasuk kebutuhan keamannan adalah kestabilan, ketergantungan, perlindungan,
bebas dari rasa takut dan ancaman.
c)
Kebutuhan
Sosial
Yaitu
kebutuhan untuk berhubungan dengan orang lain, pada saat ini individu akan sangat
merasa kesepian dan terisolasi dari pergaulan.
d)
Kebutuhan
Harga Diri
Kebutuhan
harga diri dapat dibagi menjadi dua katagori.Pertama adalah kebutuhan terhadap
kekuasaan, berpretasi, pemenuhan diri, kekuatan, dan kemampuan untuk memberi
keyakinan serta kebebasan.Kedua adalah kebutuhan akan nama baik, status,
keberhasilan, pengakuan, perhatian, penghargaan.
e)
Kebutuhan
Aktualisasi Diri
Masing-masing
orang ingin mewujudkan diri sebagai seorang yang mempunyai kemampuan yang
unik.Kebutuhan ini hanya ada setelah empat kebutuhan sebelumnya dicapai secara
memuaskan.Pada dasarnya bertujuan untuk membuat seluruh potensi yang ada dalam
diri seseorang sebagai suatu wujud nyata yaitu dalam bentuk usaha aktualisasi
diri.
6. Kebutuhan yang Relevan dengan perilaku dalam organisasi
Kebutuhan merupakan fundamen yang mendasari perilaku pegawai.
Karena tidak mungkin memahami perilaku tanpa mengerti kebutuhannya. Abraham
Maslow (Mangkunegara, 2005) mengemukakan bahwa hierarki kebutuhan manusia
adalah sebagai berikut :
a.
Kebutuhan
fisiologis, yaitu kebutuhan untuk makan, minum, perlindungan fisik,
bernapas,
seksual. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tingkat terendah atau disebut pula
sebagai kebutuhan yang paling dasar
b.
Kebutuhan
rasa aman, yaitu kebutuhan akan perlindungan diri dari ancaman, bahaya,
pertentangan, dan lingkungan hidup.
c.
Kebutuhan
untuk rasa memiliki (sosial), yaitu kebutuhan untuk diterima oleh kelompok,
berafiliasi, berinteraksi, dan kebutuhan untuk mencintai serta dicintai.
d.
Kebutuhan
akan harga diri, yaitu kebutuhan untuk dihormati dan dihargai oleh orang lain.
e.
Kebutuhan
untuk mengaktualisasikan diri, yaitu kebutuhan untuk menggunakan kemampuan,
skill dan potensi. Kebutuhan untuk berpendapat dengan mengemukakan ide-ide,
gagasan dan kritik terhadap sesuatu.
B.
JOB ENRICHMENT
1.
Pengertian
Job Enrichment
Job enrichment merupakan desain pekerjaan yang melibatkan
sejumlah variasi isi pekerjaan, tingkat pengetahuan dan keahlian yang lebih
tinggi, tanggung jawab dan otonomi yang lebih besar untuk merencanakan,
mengarahkan, dan mengontrol pekerjaan. Pekerjaan yang telah mengalami job
enrichment menyediakan kesempatan bagi pekerjanya untuk mengembangkan diri dan
merasa bermakna (Monczka & Reif, 1986).
Selain itu, job enrichment juga membuat pekerja memiliki
loyalitas terhadap organisasi (Niehoff, Moorman, Blakely, & Fuller, 2001). Contoh
: Seorang mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di suatu universitas ia juga
dapat membantu anak-anak dibawah jenjang
pendidikannya untuk mengajar anak –anak tersebut dengan cara membuka tempat les
atau tempat untuk belajar.
2.
Langkah-
Langkah Re-Design pekerjaan untuk Job Enrichment :
a.
Menggabungkan
beberapa pekerjaan menjadi satu.
1)
Menjadi
lebih besar
2)
Lebih
bervariasi
3)
Kecakapan
lebih luas
b.
Memberikan
modul kerja untuk setiap pekerja.
c.
Memberikan
kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
Kesempatan
mengatur prosedur kerja sendiri
d.
Memberikan
kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
Orang –
orang yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
e.
Menciptakan
sarana – sarana umpan balik.
Pekerja
dapat memonitor koreksi diri.
3. Pertimbangan-Pertimbangan dalam Job
Enrichment :
a.
Jika
pekerjaan terspesialisir dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi
secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas pelaksanaan kerja pekerja akan
meningkat.
b.
Absensi
– absensi dan perpindahan kerja akan berkurang.
c.
Dimensi
inti yang berkaitan dengan motivasi intrinsik & lapangan kerja ( Hackman
dan Oldham ), yaitu:
1)
Keragaman ketrampilan (skill variety)
Banyaknya
ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan. Makin banyak ragam
ketrampilan yang digunakan, makin kurang membosankan pekerjaan. Misalnya,
seorang salesman diminta untuk memikirkan dan menggunakan cara menjual yang
berbeda, display (etalase) yang berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan
pencatatan penjualan.
2)
Jati
diri tugas (task identity)
Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara keseluruhan
dapat dilihat hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja seseorang.
Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar dan yang
dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa tidak
puas. Misalnya, seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang
penjualan dan konsumen, kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
3)
Tugas
yang penting (task significance)
Tingkat
sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang berarti bagi kehidupan orang lain,
baik orang tersebut merupakan rekan sekerja dalam suatu perusahaan yang sama
maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika tugas dirasakan penting dan
berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung mempunyai kepuasan kerja.
Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga ingin mengeluarkan produk
panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari kriteria seperti apa
panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini. (tugas tersebut memberikan
kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil kerjanya nanti secara langsung
akan memberi manfaat kepada pelanggan).
4)
Otonomi
Tingkat kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai pengertian
ketidaktergantungan dan keleluasaan yang diperlukan untuk menjadwalkan
pekerjaan dan memutuskan prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi kebebasan, ketidaktergantungan dan
peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu karyawan untuk memperebutkan
tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan ide dan caranya sendiri untuk
menarik perhatian klien . Karyawan diberi kebebasan untuk mengatur sendiri waktu
kerja dan waktu istirahat.
5)
Umpan
balik (feed back)
Memberikan informasi kepada para
pekerja tentang hasil pekerjaan sehingga para pekerja dapat segera memperbaiki
kualitas dan kinerja pekerjaan. Misalnya, dalam menjual produk salesman
didorong untuk mencari sendiri informasi, baik dari atasan maupun dari bagian‑bagian lain, mengenai segala hal yang berkaitan dengan
jabatannya serta meminta pendapat konsumen tentang barang‑barang yang dijual, pelayanan, dll. Jadi kondisi psikologis
kritis karyawan yang muncul karena adanya dimensi utama dalam tugas akan
mempengaruhi hasil kerja karyawan yang telah termotivasi secara internal.
Berhasil atau tidaknya hasil kerja dalam job enrichment tergantung oleh
kekuatan kayawan untuk berkembang dan berpikir positif.
DAFTAR PUSTAKA
Meiyanto, S., & Sungkit, F, N. (2015). Pengaruh Job Enrichment
terhadap Employee Enggagement melalui Psychologycal Meaningfulness sebagai
mediator. Gadjah Mada Journal of
Psychology. Vol 1. (01). 61-73.
Sunyoto
Munandar, Ashar.(2001). Psikologi
Industri dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Sihotang.
A. Drs. M.B.A. (2006). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Siagian, P & Sondang.(1988). Teori
dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-teori-motivasi/
http://wangmuba.com/2009/02/18/teori-harapan-expectancy
No comments:
Post a Comment