Thursday, January 14, 2016

Tugas Softskill 4 Nurhana (16513669) 3PA16

Sikap Kerja dan Kepuasan Kerja
    A.   Sikap Kerja
1.     Determinan sikap kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja. Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan. Menurut Handoko dan Asa’ad (dalam Umar, 2005) kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya.

2.     Pengukuran sikap kerja
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, sebagai contoh yaitu karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja (Doering et al., 1983). Faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian dan sebagainya.
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai diantaranya :
1.     Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan.
2.      Supervise
3.      Organisasi dan manajemen
4.      Kesempatan untuk maju
5.      Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
6.      Rekan kerja
7.      Kondisi pekerjaan

3.     Macam-macam sikap kerja
Ada 5 sikap kerja yaitu:
a)         Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus.
Contoh: Seorang buruh tani yang bekerja dengan upah yang pas pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup keluarga.
b)         Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Seorang pemilik perusahaan, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya. Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Maka sebagai pemimpin atau pemilik usaha harus dapat membedakan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional.
c)         Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja harus pandai memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola informasi.
d)        Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
e)    Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usaha sampai selesai dengan maksimal.

          B.   Kepuasan Kerja
1.     Definisi Kepuasan kerja
Menurut Organ dan Near (1985), kepuasan kerja adalah keadaan yang dirasakan sebagai kebahagian yang ditopang oleh upaya metode, kinerja, serta imbalan upah yang jelas dan wajar.
Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja. 
2.     Aspek-aspek kepuasan kerja
Menurut Robbins (1996) ada lima aspek kepuasan kerja, yaitu: 
1.      Kerja yang secara mental menantang 
      Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, sebaliknya jika terlalu banyak pekerjaan menantang dapat menciptakan frustrasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan dalam bekerja. 
2.      Ganjaran yang pantas 
Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan adil dan sesuai dengan harapan mereka. Bila upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar upah karyawan, kemungkinan besar akan mengahsilkan kepuasan. Intinya bahwa besarnya upah bukanlah jaminan untuk mencapai kepuasan, namun yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Sama dengan karyawan yang berusaha mendapatkan kebijakan dan promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan.
3.      Kondisi kerja yang mendukung 
Karyawan perduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang tidak berbahaya. Seperti temperatur, cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja.
4.      Rekan kerja yang mendukung 
Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu sebaiknya karyawan mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung. Hal ini penting dalam mencapai kepuasan kerja. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila atasan langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka.
5.         Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan 
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan lebih memungkinkan untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

3.     Dimensi kepuasan kerja
Menurut Wexley dan Yulk (1977) mengemukakan ada tiga dimensi kepuasan kerja, yaitu :
1.      Kepuasan kerja adalah sebuah respons emosional terhadap situasi kerja.
2.      Kepuasan kerja sering ditentukan oleh bagaimana outcomes (hasil/keluaran) dapat sesuai atau melebihi harapan.
3.      Kepuasan kerja akan mempresentasikan sikap-sikap yang berhubungan dengan hal tersebut.

4.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Menurut As’ad (1987) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja bagi seorang individu, yaitu :
1.      Faktor Fisiologis
Faktor-faktor  yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan keja ataupun lingkungan fisik karyawan. Hal ini meliputi jenis pekerjaan, pengaturan jam kerja, waktu istirahat, perlengkapan kerja, dan keadaan ruangan. Sedangkan kondisi fisik karyawan meliputi kesehatan karyawan, umur, dan jenis kelamin.
2.      Faktor Psikologis
Faktor yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis individu, misalnya minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat, intelegensi, dan keterampilan atau pengalaman.
3.      Faktor Sosial
Faktor-faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antarsesama karyawan atau dengan atasa dan bawahan.
4.      Faktor Finansial
Faktor yang berhubungan dengan jaminan dan kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, dan kesempatan promosi.

5.     Teori kepuasan kerja
Menurut Dariyo (2008) terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang kepuasan kerja, yaitu:
1.      Teori Diskrepansi atau Teori Nilai (Teori Kesenjangan)
Kepuasan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh sejauh mana hitungan antara apa yang diharapkan (das sollen) dan kenyataan yang dirasakannya (das sein). Individu akan merasakan kepuasan dalam bekerja bila tidak ada perbedaan yang berarti antara yang diinginkan dengan hasil yang dirasakan karena batas minimalnya telah terpenuhi dengan baik. Bila ternyata apa yang diperoleh lebih besar daripada yang diharapkan, individu bisa merasakan kepuasan. Akan tetapi, bagi tipe orang yang tergolong moralis yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, kemungkinan justru hal itu tidak menimbulkan kepuasan.
Contoh Jaka, seorang sarjana baru (S-2) lulusan magister manajemen dari sebuah universitas terkenal di Jakarta. Ketika pertama kali ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, ia berharap memperoleh penghasilan sebesar lima juta rupiah (Rp5.000.000) per bulan. Ternyata impian tersebut menjadi kenyataan. Ia diterima pada perusahaan asing yang memberi gaji tujuh juta lima ratus ribu rupiah (Rp7.500.000) untuk bekerja sebagai seorang supervisor bidang sumber daya manusia. Maka, Jaka telah merasakan kepuasan kerja.
2.      Teori Keadilan (Equity Theory)
              Kepuasan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh terpenuhi atau tidaknya rasa keadilan yang diterima dalam kenyataan. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang dihadapi akan diperoleh melalui perbandingan antara dirinya dengan orang lain yang setaraf, sekantor atau di tempat lain. Elemen teori ini meliputi (a) input, (b) output, dan (c) perbandingan antarorang satu dan yang lainnya.
3.      Teori Dua Faktor
Merupakan teori yang menyatakan bahwa kepuasan kerja ditentukan oleh dua faktor, yakni higienis dan motivasi. Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg, yang menyimpulkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan bergantung pada faktor higienis, seperti kondisi tempat kerja, dan faktor motivasi, seperti pengakuan atas pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik. Faktor kebersihan seperti kondisi lingkungan kerja dan kebijakan perusahaan dapat memengaruhi ketidakpuasan pekerja. Di sisi lain, faktor motivator seperti kesempatan untuk berprestasi dan penghargaan dapat memengaruhi kepuasan pekerja.

6.     Hubungan pelaksanaan kerja dengan kepuasaan kerja
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat. Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinicki.
Beberapa korelasi kepuasan kerja antara lain:
1.      Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja. 
2.      Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3.      Organizational citizenship behavior
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4.      Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5.      Ketidakhadiran (absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6.      Perputaran (turn over)
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
            7.      Perasaan Stress
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
 8.        Prestasi kerja
              Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

7.     Cara mencegah dan mengatasi ketidakpuasaan kerja
Ketidakpuasan adalah salah satu hal yang sangat menghambat seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan apalagi para pekerja yang berjuang mati-matian dalam meningkatkan prestasi kerjanya tapi harus menerima kenyataan kalau dia belum bisa berhasil. Selain itu juga , faktor-faktor di sekitarnya yang kurang mendukung mereka untuk meningkatkan prestasi mereka. Ada beberapa hal yang dapat mencegah agar ketidakpuasaan kerja bisa dihindari, yakni :
1.      Memberikan sedikit pekerjaan yag menantang agar bisa mengasah skill yang dimiliki dan skill tersebut dapat dikembangkan.
2.      Atasan yang baik dan mengerti keluhan dari bawahan merupakan hal yang penting akan hasil pekerjaa yang memuaskan.
3.      Teman sekerja (workers) merupaka faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lainnya.
4.      Promosi kenaikan jabatan
5.      Gaji atau upah kerja





Sumber :
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Moeljono, D. (2006). Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT Gramedia.
Tangkilisan, H, N, S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.
http://yayuk-meongku.blogspot.co.id/2010/01/teori-kepuasan-kerja-dan-sikap-pekerja.html


No comments:

Post a Comment

Welcome

Thursday, January 14, 2016

Tugas Softskill 4 Nurhana (16513669) 3PA16

Posted by Unknown at 9:28 PM
Sikap Kerja dan Kepuasan Kerja
    A.   Sikap Kerja
1.     Determinan sikap kerja
Tidak ada satu batasan dari kepuasan kerja yang paling sesuai, seperti batasan dari Locke yang menyimpulkan ada dua unsur yang penting dalam kepuasan kerja yaitu nilai-nilai pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar. Kepuasan kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi kerja. Howell dan Dipboye (1986) memandang kepuasan kerja sebagai hasil keseluruhan dari derajat rasa suka atau tidak sukanya tenaga kerja terhadap berbagai aspek dari pekerjaan. Menurut Handoko dan Asa’ad (dalam Umar, 2005) kepuasan kerja merupakan penilaian atau cerminan dari perasaan pekerja terhadap pekerjaannya. Hal ini tampak dalam sikap positif pekerja terhadap pekerjaannya dan segala sesuatu yang dihadapi lingkungan kerjanya.

2.     Pengukuran sikap kerja
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan kerja karyawan pada dasarnya secara praktis dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam diri dan dibawa oleh setiap karyawan sejak mulai bekerja di tempat pekerjaannya, sebagai contoh yaitu karyawan yang sudah lama bekerja memiliki kecenderungan lebih puas dibandingkan dengan karyawan yang belum lama bekerja (Doering et al., 1983). Faktor eksentrinsik menyangkut hal-hal yang berasal dari luar diri karyawan, antara lain kondisi fisik lingkungan kerja, interaksinya dengan karyawan lain, sistem penggajian dan sebagainya.
Faktor-faktor yang biasanya digunakan untuk mengukur kepuasan kerja seorang pegawai diantaranya :
1.     Isi pekerjaan, penampilan tugas pekerjaan yang aktual dan sebagai kontrol terhadap pekerjaan.
2.      Supervise
3.      Organisasi dan manajemen
4.      Kesempatan untuk maju
5.      Gaji dan keuntungan dalam bidang finansial lainnya seperti adanya insentif
6.      Rekan kerja
7.      Kondisi pekerjaan

3.     Macam-macam sikap kerja
Ada 5 sikap kerja yaitu:
a)         Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus.
Contoh: Seorang buruh tani yang bekerja dengan upah yang pas pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup keluarga.
b)         Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Seorang pemilik perusahaan, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya. Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Maka sebagai pemimpin atau pemilik usaha harus dapat membedakan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional.
c)         Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja harus pandai memperhitungkan resiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan. Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola informasi.
d)        Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
e)    Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usaha sampai selesai dengan maksimal.

          B.   Kepuasan Kerja
1.     Definisi Kepuasan kerja
Menurut Organ dan Near (1985), kepuasan kerja adalah keadaan yang dirasakan sebagai kebahagian yang ditopang oleh upaya metode, kinerja, serta imbalan upah yang jelas dan wajar.
Kepuasan kerja adalah tingkat rasa puas individu bahwa mereka mendapat imbalan yang setimpal dari bermacam-macam aspek situasi pekerjaan dari organisasi tempat mereka bekerja. 
2.     Aspek-aspek kepuasan kerja
Menurut Robbins (1996) ada lima aspek kepuasan kerja, yaitu: 
1.      Kerja yang secara mental menantang 
      Karyawan cenderung menyukai pekerjaan-pekerjaan yang memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan kemampuan mereka dan menawarkan tugas, kebebasan dan umpan balik mengenai betapa baik mereka mengerjakan tugas tersebut. Karakteristik ini membuat kerja secara mental menantang. Pekerjaan yang kurang menantang menciptakan kebosanan, sebaliknya jika terlalu banyak pekerjaan menantang dapat menciptakan frustrasi dan perasaan gagal. Pada kondisi tantangan yang sedang, kebanyakan karyawan akan mengalami kesenangan dan kepuasan dalam bekerja. 
2.      Ganjaran yang pantas 
Para karyawan menginginkan pemberian upah dan kebijakan promosi yang mereka persepsikan adil dan sesuai dengan harapan mereka. Bila upah dilihat adil yang didasarkan pada tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar upah karyawan, kemungkinan besar akan mengahsilkan kepuasan. Intinya bahwa besarnya upah bukanlah jaminan untuk mencapai kepuasan, namun yang lebih penting adalah persepsi keadilan. Sama dengan karyawan yang berusaha mendapatkan kebijakan dan promosi yang lebih banyak, dan status sosial yang ditingkatkan.
3.      Kondisi kerja yang mendukung 
Karyawan perduli akan lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas. Studi-studi memperagakan bahwa karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang tidak berbahaya. Seperti temperatur, cahaya, kebisingan, dan faktor lingkungan lain harus diperhitungkan dalam pencapaian kepuasan kerja.
4.      Rekan kerja yang mendukung 
Karyawan akan mendapatkan lebih daripada sekedar uang atau prestasi yang berwujud dari dalam kerja. Bagi kebanyakan karyawan, kerja juga mengisi kebutuhan akan interaksi sosial. Oleh karena itu sebaiknya karyawan mempunyai rekan sekerja yang ramah dan mendukung. Hal ini penting dalam mencapai kepuasan kerja. Perilaku atasan juga merupakan determinan utama dari kepuasan. Umumnya studi mendapatkan bahwa kepuasan karyawan ditingkatkan bila atasan langsung bersifat ramah dan dapat memahami, menawarkan pujian untuk kinerja yang baik, mendengarkan pendapat karyawan, dan menunjukkan suatu minat pribadi pada mereka.
5.         Kesesuaian kepribadian dengan pekerjaan 
Pada hakikatnya orang yang tipe kepribadiannya sama dengan pekerjaan yang mereka pilih seharusnya mereka mempunyai bakat dan kemampuan yang tepat untuk memenuhi tuntutan dari pekerjaan mereka. Dengan demikian akan lebih besar kemungkinan untuk berhasil pada pekerjaan tersebut, dan lebih memungkinkan untuk mencapai kepuasan yang tinggi dari pekerjaan mereka.

3.     Dimensi kepuasan kerja
Menurut Wexley dan Yulk (1977) mengemukakan ada tiga dimensi kepuasan kerja, yaitu :
1.      Kepuasan kerja adalah sebuah respons emosional terhadap situasi kerja.
2.      Kepuasan kerja sering ditentukan oleh bagaimana outcomes (hasil/keluaran) dapat sesuai atau melebihi harapan.
3.      Kepuasan kerja akan mempresentasikan sikap-sikap yang berhubungan dengan hal tersebut.

4.     Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
Menurut As’ad (1987) menyatakan ada empat faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja bagi seorang individu, yaitu :
1.      Faktor Fisiologis
Faktor-faktor  yang berhubungan dengan kondisi fisik lingkungan keja ataupun lingkungan fisik karyawan. Hal ini meliputi jenis pekerjaan, pengaturan jam kerja, waktu istirahat, perlengkapan kerja, dan keadaan ruangan. Sedangkan kondisi fisik karyawan meliputi kesehatan karyawan, umur, dan jenis kelamin.
2.      Faktor Psikologis
Faktor yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologis individu, misalnya minat, ketentraman kerja, sikap terhadap kerja, bakat, intelegensi, dan keterampilan atau pengalaman.
3.      Faktor Sosial
Faktor-faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antarsesama karyawan atau dengan atasa dan bawahan.
4.      Faktor Finansial
Faktor yang berhubungan dengan jaminan dan kesejahteraan karyawan yang meliputi sistem dan besarnya gaji, jaminan sosial, macam-macam tunjangan, fasilitas yang diberikan, dan kesempatan promosi.

5.     Teori kepuasan kerja
Menurut Dariyo (2008) terdapat tiga teori yang menjelaskan tentang kepuasan kerja, yaitu:
1.      Teori Diskrepansi atau Teori Nilai (Teori Kesenjangan)
Kepuasan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh sejauh mana hitungan antara apa yang diharapkan (das sollen) dan kenyataan yang dirasakannya (das sein). Individu akan merasakan kepuasan dalam bekerja bila tidak ada perbedaan yang berarti antara yang diinginkan dengan hasil yang dirasakan karena batas minimalnya telah terpenuhi dengan baik. Bila ternyata apa yang diperoleh lebih besar daripada yang diharapkan, individu bisa merasakan kepuasan. Akan tetapi, bagi tipe orang yang tergolong moralis yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral, kemungkinan justru hal itu tidak menimbulkan kepuasan.
Contoh Jaka, seorang sarjana baru (S-2) lulusan magister manajemen dari sebuah universitas terkenal di Jakarta. Ketika pertama kali ingin bekerja di sebuah perusahaan swasta, ia berharap memperoleh penghasilan sebesar lima juta rupiah (Rp5.000.000) per bulan. Ternyata impian tersebut menjadi kenyataan. Ia diterima pada perusahaan asing yang memberi gaji tujuh juta lima ratus ribu rupiah (Rp7.500.000) untuk bekerja sebagai seorang supervisor bidang sumber daya manusia. Maka, Jaka telah merasakan kepuasan kerja.
2.      Teori Keadilan (Equity Theory)
              Kepuasan kerja seseorang sangat dipengaruhi oleh terpenuhi atau tidaknya rasa keadilan yang diterima dalam kenyataan. Perasaan adil atau tidak adil atas situasi yang dihadapi akan diperoleh melalui perbandingan antara dirinya dengan orang lain yang setaraf, sekantor atau di tempat lain. Elemen teori ini meliputi (a) input, (b) output, dan (c) perbandingan antarorang satu dan yang lainnya.
3.      Teori Dua Faktor
Merupakan teori yang menyatakan bahwa kepuasan kerja ditentukan oleh dua faktor, yakni higienis dan motivasi. Teori ini dikemukakan oleh Frederick Herzberg, yang menyimpulkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan bergantung pada faktor higienis, seperti kondisi tempat kerja, dan faktor motivasi, seperti pengakuan atas pekerjaan yang telah diselesaikan dengan baik. Faktor kebersihan seperti kondisi lingkungan kerja dan kebijakan perusahaan dapat memengaruhi ketidakpuasan pekerja. Di sisi lain, faktor motivator seperti kesempatan untuk berprestasi dan penghargaan dapat memengaruhi kepuasan pekerja.

6.     Hubungan pelaksanaan kerja dengan kepuasaan kerja
Hubungan antara kepuasan kerja dengan variabel lain dapat bersifat positif atau negatif. Kekuatan hubungan mempunyai rentang dari lemah sampai kuat. Hubungan yang kuat menunjukkan bahwa atasan dapat mempengaruhi dengan signifikan variabel lainnya dengan meningkatkan kepuasan kerja menurut Kreitner dan Kinicki.
Beberapa korelasi kepuasan kerja antara lain:
1.      Motivasi
Antara motivasi dan kepuasan kerja terdapat hubungan yang positif dan signifikan. Karena kepuasan dengan pengawasan/supervisi juga mempunyai korelasi signifikan dengan motivasi, atasan/manajer disarankan mempertimbangkan bagaimana perilaku mereka mempengaruhi kepuasan pekerja sehingga mereka secara potensial dapat meningkatkan motivasi pekerja melalui berbagai usaha untuk meningkatkan kepuasan kerja. 
2.      Pelibatan Kerja
Hal ini menunjukkan kenyataan dimana individu secara pribadi dilibatkan dengan peran kerjanya. Karena pelibatan kerja mempunyai hubungan dengan kepuasan kerja, dan peran atasan/manajer perlu didorong memperkuat lingkungan kerja yang memuaskan untuk meningkatkan keterlibatan kerja pekerja.
3.      Organizational citizenship behavior
Merupakan perilaku pekerja di luar dari apa yang menjadi tugasnya.
4.      Organizational commitment
Mencerminkan tingkatan dimana individu mengidentifikasi dengan organisasi dan mempunyai komitmen terhadap tujuannya. Antara komitmen organisasi dengan kepuasan terdapat hubungan yang sifnifikan dan kuat, karena meningkatnya kepuasan kerja akan menimbulkan tingkat komitmen yang lebih tinggi. Selanjutnya komitmen yang lebih tinggi dapat meningkatkan produktivitas kerja.
5.      Ketidakhadiran (absenteisme)
Antara ketidakhadiran dan kepuasan terdapat korelasi negatif yang kuat. Dengan kata lain apabila kepuasan meningkat, ketidakhadiran akan turun.
6.      Perputaran (turn over)
Hubungan antara perputaran dengan kepuasan adalah negatif. Dimana perputaran dapat mengganggu kontinuitas organisasi dan mahal sehingga diharapkan atasan/manajer dapat meningkatkan kepuasan kerja dengan mengurangi perputaran.
            7.      Perasaan Stress
Antara perasaan stres dengan kepuasan kerja menunjukkan hubungan negatif dimana dengan meningkatnya kepuasan kerja akan mengurangi dampak negatif stres.
 8.        Prestasi kerja
              Terdapat hubungan positif rendah antara kepuasan dan prestasi kerja. Sementara itu menurut Gibson menggambarkan hubungan timbal balik antara kepuasan dan kinerja. Di satu sisi dikatakan kepuasan kerja menyebabkan peningkatan kinerja sehingga pekerja yang puas akan lebih produktif. Di sisi lain terjadi kepuasan kerja disebabkan oleh adanya kinerja atau prestasi kerja sehingga pekerja yang lebih produktif akan mendapatkan kepuasan.

7.     Cara mencegah dan mengatasi ketidakpuasaan kerja
Ketidakpuasan adalah salah satu hal yang sangat menghambat seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan apalagi para pekerja yang berjuang mati-matian dalam meningkatkan prestasi kerjanya tapi harus menerima kenyataan kalau dia belum bisa berhasil. Selain itu juga , faktor-faktor di sekitarnya yang kurang mendukung mereka untuk meningkatkan prestasi mereka. Ada beberapa hal yang dapat mencegah agar ketidakpuasaan kerja bisa dihindari, yakni :
1.      Memberikan sedikit pekerjaan yag menantang agar bisa mengasah skill yang dimiliki dan skill tersebut dapat dikembangkan.
2.      Atasan yang baik dan mengerti keluhan dari bawahan merupakan hal yang penting akan hasil pekerjaa yang memuaskan.
3.      Teman sekerja (workers) merupaka faktor yang berhubungan dengan hubungan antara pegawai dengan atasannya dan dengan pegawai lainnya.
4.      Promosi kenaikan jabatan
5.      Gaji atau upah kerja





Sumber :
Dariyo, A. (2004). Psikologi Perkembangan Dewasa Muda. Jakarta: Grasindo.
Moeljono, D. (2006). Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: PT Gramedia.
Tangkilisan, H, N, S. (2005). Manajemen Publik. Jakarta: Grasindo.
http://yayuk-meongku.blogspot.co.id/2010/01/teori-kepuasan-kerja-dan-sikap-pekerja.html


0 comments on "Tugas Softskill 4 Nurhana (16513669) 3PA16"

Post a Comment